costum search enginge

Loading

Rabu, 01 Mei 2013

Kisah Pohon Apel



Sebagian dari kita mungkin sudah pernah mambaca cerita ini tapi apa salahnya saya ceritakan kembali. Semoga bermanfaat…
            Suatu masa dahulu, terdapat sebatng pohon apel yang amat besar. Seorang kanak-kanak  laki-laki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, lalu memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannnya.
            Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu, anak laki-laki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. namun begitu, suatu hari dia datang ke pohon apel tersebut dengan wajah sedih.
“Marilah bermain-main di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.
“Aku mau permainan, aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
            Lalu pohon apel itu berkata, “kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu kau dapat membeli permainan yang kau inginkan”.
            Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dan dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu…
            Suatu hari remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
“Marilah bermain-main di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku” Tanya anak itu.
“Maafkan aku, aku tidak mempunyai rumah. Tapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya. “ pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.
            Suatu hari yang panas ada seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
“Marilah bermain-main di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlayar , malangnya aku tidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku” Tanya lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai perahu untuk di berikan pada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat berlayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.
            Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Kemudian dia pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
            Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dim amah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku, aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan pada kau. Aku sudah memeberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati.” Kata pohon apel itu dengan nada pilu.
“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu karena aku tidak berupaya untuk berlayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.
“Jika begitu istirahatlah diperduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis gembira.
            Tahukah kamu. sebenarnya , pohon apel yang dimaksudkan dalam cerita ini adalah kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlu bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.
            Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.
Allah swt berfirman :
“Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya denga susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a : “Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engaku dan Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [Q.S 46:15]
Belum ada kata terlambat untuk berbakti kepada kedua orangtua kita. Biarpun mereka sudah tidak ada di dunia fana ini. Semangat Pagi J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar